Senin, 26 November 2012

HUKUM OHM



a)        HUKUM OHM

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a0/Ohms_law_voltage_source.svg/150px-Ohms_law_voltage_source.svg.pngJika  nilai  hambatan  diperbesar  maka  kuat arus  akan menurun dan untuk beda potensial  yang tetap, sehingga bisa ditulis,
Image:iiR.JPG
Persaman  di atas  menunjukkan  bahwa  hambatan  berbanding  terbalik  dengan  kuat arus.  Dengan  kata  lain  semakin  besar  beda  potensial  makin  besar  kuat  arusnya,
Secara matematika dapat ditulis,
Image:i-v.JPG
Penggabungan  kedua  persamaan  dapat  ditulis,
 ,  ,
Dimana :
§  I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere.
§  V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan volt.
  • R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm.
Persamaan di ataslah yang disebut hukum Ohm.
Hukum Ohm sendiri menyatakan:
  • “Besarnya  kuat  arus (I)  yang  melalui  konduktor  antara  dua titik berbanding lurus  dengan  beda potensial  atau  tegangan(V) di dua titik tersebut, dan berbanding terbalik dengan hambatan atau resistansi(R) di antara mereka”
    Dengan kata lain bahwa besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah hambatan (R) selalu berbanding lurus dengan beda potensial(V) yang diterapkan kepadanya
  • “Besarnya tegangan pada suatu cabang(V) yang mengandung hambatan(R) yang dialiri arus sebesar (I) adalah sama dengan hasil resistansi dengan arus yang mengalir pada cara tersebut.

Berdasarkan hukum Ohm, 1 ohm didefinisikan sebagai hambatan yang digunakan dalam  suatu  rangkaian  yang  dilewati  kuat  arus  sebesar 1 ampere dengan beda potensial 1 volt. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan  pengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda potensial dan kuat arus.
Image:volt ampere.JPG

Hukum ini dicetuskan oleh George Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827.
Untuk membuktikan teorima atau hukum ohm dapat digunakan rangkaian percobaan seperti dibawah ini:

PERCOBAAN HUKUM OHM
http://elektronika-dasar.com/wp-content/uploads/2012/06/Percobaan-Hukum-Ohm.png

*      Penerapan hukum ohm dalam kehidupan sehari – hari
 misalnya pada:
a) Penggunaan alat – alat listrik seperti lampu. TV, kulkas, dan sebagainya harus disesuaikan dengan tegangan
b) Bila alat listrik diberi tegangan yang lebih kecil dari tegangan yang seharusnya, arus akan mengecil sehingga alat itu tidak bekerja normal (misalnya lampu redup).

c) Contoh:
1) Lampu padam karena tegangan lampu yang dibutuhkan 4,5 V sedangkan tegangan dari baterai 1,5 V
2) Lampu redup karena tegangan yang dibutuhkan 4,5 V sedangkan tegangan dari batu baterai 3 V sehingga kekurangan tegangan
3) Lampu menyala terang karena tegangan lampu yang dibutuhkan 4,5 V sama dengan tegangan dari batu baterai 4,5 V
4) Lampu menyala sangat terang karena tegangan yang dibutuhkan lampu 4,5 V sedangkan dari baterai 6 V sehingga tegangan melebihi lampu. Akibat ini lampu cepat mati/putus.

Jumat, 02 November 2012

Hubungan arus, tegangan dan tahanan



Hubungan tahanan seri dan pembagi tegangan
Rangkaian pembagi tegangan (voltage divider) disebut juga sebagai rangkaian pembagi potensial (potential divider). Input ke sebuah rangkaian pembagi tegangan adalah tegangan Vin.
Tegangan Vin tersebut menggerakkan arus I untuk mengalir melewati kedua resistor. Karena kedua resistor terhubung secara seri, maka arus yang sama mengalir melewati tiap-tiap resistor.

Tahanan efektif dari kedua resistor seri ini adalah R1 + R2. Jatuh tegangan pada gabungan kedua resistor ini adalah Vin, menurut Hukum Ohm arus yang mengalir adalah
I = Vin / (R1 + R2)
Tegangan pada R2 menjadi
Vout = I x R2
Mensubstitusikan I dengan persamaan pertama, menghasilkan
Vout = Vin x R2 / (R1 + R2)
Persamaan ini adalah persamaan untuk menghitung tegangan output yang dihasilkan oleh sebuah rangkaian pembagi tegangan. Dengan memilih dua buah resistor dengan nilai tahanan yang sesuai, kita dapat memperoleh nilai tegangan output manapun didalam kisaran 0 V hingga Vin.
Contoh soal:
Pada rangkaian pembagi tegangan seperti gambar diatas, Vin = 6 V, R1 = 220 Ω, dan R2 = 390 Ω. Hitunglah Vout yang dihasilkan
Penyelesaian:
Vout = Vin x R2 / (R1 + R2)
Vout = 6 x 390 / (220 + 390) = 3,84 V

 Hubungan Tahanan paralel dan Pembagi arus

POSTED BY: KELOMPOK 1 / DINDA PRAMANTA / 115080081