Kamis, 28 Februari 2013

SIFAT DAN PEMBUATAN HALOALKANA (HALOGENALKANA)



        I.            SIFAT HALOALKANA

·      Sifat kimia
a.   Reaksi denganair atau N aoH membentuk alcohol
b.   Reaksi dengan KOH atau NaOH dalam pelarut alcohol pada suhu tertentu menghasilkan alkena
c.   Reaksi dengan ammonia menghasilkan amina
d.   Reaksi dengan asam sianida atau kalium sianida membentuk alkil sianida
e.   Reaksi dengan natrium alkanoat menghasilkan eter
f.    Kereaktifan kimiawai halogenalkana

ü  Perlu diperhatikan bahwa kekuatan ikatan semakin berkurang ketika kita berpindah dari C-F ke C-I, dan juga perhatikan bahwa ikatan C-F jauh lebih kuat dibanding lainnya.
ü  Agar zat lain bisa bereaksi dengan halogenalkana, maka ikatan karbon-halogen harus diputus. Karena pemutusan semakin mudah dilakukan semakin ke bawah (mulai dari fluoride sampai iodin), maka senyawa-senyawa semakin ke bawah golongan halogen akan semakin reaktif.
ü  Iodoalkana merupakan halogenalkana yang paling reaktif dan fluoroalkana merupakan yang paling tidak reaktif. Sebenarnya, kereaktifan fluoroalkana sangat kecil sehingga bisa diabaikan dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya

g.    Pengaruh polaritas ikatan
Dari keempat halogen, fluorin merupakan unsur yang paling elektronegatif dan iodin yang paling tidak elektronegatif. Ini berarti bahwa pasangan elektron dalam ikatan karbon-fluorin akan tergeser ke ujung halogen.
contoh-contoh sederhana berikut ini:
Keelektronegatifan karbon dan iodin sama sehingga tidak akan ada pemisahan muatan pada ikatan (pasangan elektron berada pada posisi netral)
.
·      Sifat fisika
  • satu-satunya metil halida yang berwujud cair adalah iodometana;
  • kloroetana merupakan sebuah gas.
·         Pola-pola titik didih mencerminkan pola-pola gaya tarik antar-molekul.

a.   Suhu-suhu rendah adalah gas tak berwarna, suhu-suhu berikutnya adalah cahaya,suhu tinggi pada temperature kamar berbentuk padat
b.   Mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari pada alkana asalnya
c.   Sukar larut dalam air
            Halogenalkana sangat sedikit larut dalam air.Agar halogenalkana bisa larut dalam air, maka gaya tarik antara molekul-molekul halogenalkana harus diputus (gaya dispersi van der Waals dan gaya-tarik dipol-dipol) demikian juga dengan ikatan hidrogen antara molekul-molekul air. Pemutusan kedua gaya tarik ini memerlukan energi.Energi akan dilepaskan apabila gaya tarik terbentuk antara halogenalkana dengan molekul-molekul air.
            Gaya-gaya tarik yang terbentuk ini hanya gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol. Kedua gaya ikatan ini tidak sama kuatnya dengan ikatan hidrogen sebelumnya terdapat dalam air, sehingga energi yang dilepaskan lebih kecil dibanding yang digunakan untuk memisahkan molekul-molekul air.Energi yang terlibat tidak cukup banyak sehingga halogenalkana hanya sedikit larut dalam air.

d.   Mudah larut dalam pelarut organik,
Halogenalkana cenderung larut dalam pelarut organik karena gaya tarik antar-molekul yang baru terbentuk memiliki kekuatan yang sama dengan kekuatan ikatan yang diputus dalam halogenalkana dan pelarut
contoh : eter dan alcohol

e.   Atom halogen yang terikat, mudah di subtitusikan oleh atom-atom atau gugus lain,  sehingga haloalkana digunakan sebagai hasil antara dalam membuat senyawa lain


     II.            PEMBUATAN HALOALKANA

·      Pembuatan haloalkana bisa melalui beberapa reaksi seperti :

1.  reaksi subtitusi atom halogen dengan gugus OH

Atom halogen dari haloalkana dapat diganti oleh gugus ─OH jika haloalkana direaksikan dengan suatu basa kuat misalnya dengan NaOH

CH3 CH2 Cl + NaOH CH3 CH2 OH + NaCl


*      Dengan bantuan sinar ultra violet :

CnH2n+2 +X2 CnH2n+1─X + HX (monohaloalkana)
CnH2n+2 X _ X2 CnH2nX2 + HX (dihaloalkana)

*      Haloalkana direaksikan dengan halogen, maka selalu menggantikan atom H dengan atom halogen sampai dihasilkan senyawa polihaloalkana
Contoh ;
Memakai bantuan Sinar ultra violet

CH4 +Cl                  CH3Cl +HCl
CH3Cl + Cl2            CH2Cl2 +HCl

Tidak memakai bantuan Sinar ultra violet

CH3CH2Cl+Cl2      CH3CHCl + HCl
CH3CHCl2+Cl2                       CH3CCl3 + HCl

Untuk metana dan etena, atom H yang terikat semua pada atom C primer. Jika dalam alkana terdapat atom C primer, atom C sekunder atau C tersier, maka atom H yang akan disubtitusikan adalah yang paling lemah,  dimana :

Ctersier<Csekunder<Cprimer

2.   Eliminasi HX

Yaitu jika  dipanaskan bersama suatu alkoksida, maka :

CH3 CH CH2 CH3 + CH3OK CH3 ─CH CH CH3 + CH3OH + KCl
             l
           Cl

3.   Reaksi Adisi

Untuk pembuatan Haloalkana yaitu antara senyawa alkana dengan senyawa asam halida (HX) atau senyawa halogen (X2) “aturan Reaksi senyawa karbon”

R ─ CH ═ CH ─ R’ + HX → RCH ─ CH ─ R’
                                                    l        l
   H      X
                                                Monohaloalkana

R ─ CH ═ CH ─ R’ + HX2 → R CH ─ CH ─ R’
                                                                     l         l
                                                        X       X
                                                          Dihaloalkana

Sabtu, 23 Februari 2013

PENGERTIAN DAN JENIS HALOGENALKANA (HALOALKANA)



                             HALOALKANA

Image:volt ampere.JPGhttp://elektronika-dasar.com/wp-content/uploads/2012/06/Percobaan-Hukum-Ohm.png

Halogenalkana adalah senyawa-senyawa dimana ada satu atau lebih atom hidrogen pada sebuah alkana yang digantikan oleh atom-atom halogen (fluorin, klorin, bromin atau iodin). Pada pembahasan tingkat dasar ini, kita hanya membahas tentang senyawa-senyawa halogenalkana yang hanya mengandung satu atom halogen.
Contoh:



Ø  Jenis-jenis halogenalkana

Halogenalkan terdiri dari beberapa kelompok yang berbeda tergantung pada bagaimana posisi atom halogen dalam rantai atom karbon. Ada beberapa perbedaan sifat kimia antara berbagai jenis halogealkana.

a.    Halogenalkana primer
Pada halogenalkana primer (1°), atom karbon yang membawa atom halogen hanya berikatan dengan satu gugus alkil lainnya.
Beberapa contoh halogenalkana primer antara lain sebagai berikut:


 
ü  contoh di atas, hanya ada satu ikatan terhadap sebuah gugus alkil dari gugus CH2 yang mengikat halogen.
ü     Terdapat pengecualian dalam hal ini, yakni CH3Br dan metil halida lainnya seringkali ditemukan sebagai halogenalkana primer walaupun tidak ada gugus alkil yang terikat pada atom karbon yang membawa halogen.

b.    Halogenalkana sekunder

Pada halogenalkana sekunder (2°), atom karbon yang padanya terikat halogen berikatan langsung dengan dua gugus alkil yang lain, yang bisa sama atau berbeda.
Contoh-contoh:




c.    Halogenalkana tersier

Pada halogenalkana tersier (3°), atom karbon yang mengikat halogen berikatan langsung dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari gugus akil yang sama atau berbeda.
Contoh-contoh: