Kamis, 30 Oktober 2014

ISLAM DAN PERKEMBANGAN IPTEK

Ø  Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Pandangan Islam

Di era globalisasi ini, perkembangan ilmu dan teknologi sangat cepat. Sejumlah penemuan dan inovasi memberikan kontribusi yang tinggi munculnya produk-produk baru yang membudahkan pekerjaan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan kebanyakan para ilmuwan yang muncul berasal dari negeri barat yang rata-rata bukan berasal dari kaum musalimin

a.       Definisi Ilmu dan Ilmu Pengetahuan
Menurut Sutrisno Hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Definisi tentang sains dan teknologi telah diberikan oleh para filosuf dan ilmuan. Pengetahuan adalah segala suatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indra, intuisi, dan akal, Sedangkan ilmu sendiri (yang berasal dari kata science) adalah rangkaian keterangan tentang sesuatu yang berasal dari pengamatan gejala-gejala alamiah (fenomena) melalui studi dan pengalaman yang disusun dalam sebuah sistem untuk menentukan hakekat dari yang dimaksud. sedangka ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sudah diklarifikasi, diorganisasi, disistematisasi,dan di interpretasi sehingga menghsilkan kebenaran objektif, dapat di uji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis, ilmu berarti kejelasan. Menurut pemikiran manusia secara umum, hakekat ilmu adalah hubungan antara subyek terhadap obyek (timbale balik) menurut suatu ide (cita-cita).
Sedangkan pada ,
1.             Surat Al-Baqarah ayat 31 secara fungsional berlaku pada bahwa ilmu yang pertama adalah wahyu Allah. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” .
2.             Surat Ar-Rahman ayat 1 dan 2 bahwa Al-Qur’an adalah suatu ilmu.(Tuhan ) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dan yang dimaksud ilmu dalam Al-Qur’an adalah rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah.yang diberikan kepada manusia baik melalui rasu-Nya ataupun langsung kepada manusia yang menghendakinya tentang alam semesta sebagi ciptaan Allah yang bergantung menurut ketentuan dan kepastian-Nya.
Teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Teknologi didefinisikan sebagai kemampuan teknik dalam pengertian yang utuh dan menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandarkepada proses teknik tertentu. Sedangkan teknik adalah semua manifestasi dalam arti materi yang lahir dari daya cipta manusia untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna, mempertahankan kehidupan. Teknologi adalah penerapan yang dirancang dan terencana dari ilmu pengetahuan untuk  memenuhi hajat hidup dan kebutuhan hidup manusia.

b.      Al -Qur’an sebagai sumber dari segala Ilmu Pengetahuan
Terkadang manusia tidak menyadari bahwa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pemikiran mereka akan alam beserta isinya terdapat dalam Al-Qur’an. Namun bukannya justru kembali ke Al-Qur’an, malah mencari sumber dari berbagai buku, internet dan sebagainya. Padahal jawaban dari masalah pengetahuan itu secara tersurat/tersirat terdapat dalam Al-Qur’an.

Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) IPTEK, dan bukannya sumber (mashdar) IPTEK. Artinya, apa pun konsep IPTEK yang dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits itu. Jika suatu konsep IPTEK bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak. Misalnya saja Teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam menjadi organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang. Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi hasil dari evolusi organisme sederhana. Ini bertentangan dengan firman Allah SWT yang menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa seluruh manusia sekarang adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya sebagaimana fantasi Teori Darwin (Zallum, 2001). Firman Allah SWT (artinya) :
(Dialah Tuhan) yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia
menciptakan keturunannya dari sari pati air yang hina (mani)
. (QS As-Sajdah[32] : 7)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal
.(QS Al-Hujuraat [49] : 13)
Implikasi lain dari prinsip ini adalah bahwa umat Islam boleh mengambi IPTEK dari sumber kaum non muslim (orang kafir).

Mulai dari hal yang kecil, seperti Metodologi Penelitian. Islam memandang bahwa dalam menyususn penelitian, seorang peneliti harus dapat memandang permasalahan secara jujur dan melepaskan subyektifnya, baik subyektif dalam hal perasaan ataupun lingkungannya. Dalam surat Al-Maidah ayat 27-31 disebutkan bahwa seorang anak Adam yang mengambil kesimpulan berdasarkan subyektifnya, akan berakibat melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap saudaranya. Akibat dari tindak-tanduknya yang tidak mampu menyelesaikan permasalahan secara tuntas, membuatnya bingung sendiri. Selain itu, ayat ini menjelaskan bahwa manusia banyak pula mengambil pelajaran dari alam dan jangan segan-segan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah tingkatan pengetahuannya.

Berikut ini beberapa potongan ayat tentang teknologi.

1)      Yunus:101,
Katakanlah:”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfat tanda kekuasaan Allah dan asul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”
2)      Thaahaa:114
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katkanlah:”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku Ilmu Pengetahuan
3)      Al-Mulk:3-4
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali padamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.
4)      Al-Alaq:1-5
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.


c.       Konsep Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Dalam Islam
Pada dasarnya teknologi memiliki karakteristik objektif dan netral, namun dalam situasi tertentu, teknologi tidak netral karena memiliki potensi merusak dan potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ø  Dalam pemikiran islam ada dua sumber ilmu:
-  Akal
-  Wahyu
Keduanya tidak boleh di pertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Qur’an dan sunnah Rasul.
Ø  Dalam pemikiran islam memiliki dua sifat yaitu,
-                      Bersifat abadi (perennial knowledge), tingka kebenaran bersifat mutlak (absolute), karena bersumber dari wahyu allah.
-                      Bersifat perolehan (acquired knowledge), sifat kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena bersumber dari akal pemikiran manusia.
Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan dan teknologi terdapat hubungan yang harmonis yang terintegrasi ke dalam suatu system yang disebut Dinul Islam. Dimana dinul islam merupakan integrasi dari inti ajaran islam yakni akidah, syari’ah dan akhlak.
Dalam surat Ibrahim ayat 24 - 25 dinyatakan:
Artinya ; (24) Maka kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik sepeti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (25) Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizing Tuhannya. Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat
Ayat di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau Aqidah, syari’ah dan Akhlak dengan menganologikan bangunan Dinul Islam. Ini merupakan gambaran bahwa antaran iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat pisahkan  antara satu sama lain. Iman diidentikan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran islam. Ilmu bagaikan batang pohon  yang mengeluarkan dahan-dahan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni. IPTEK yang dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shalih,bukan kerusakan alam.
Peran Islam dalam perkembangan IPTEK pada dasarnya ada 2 (dua), yakni :
1.      Menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa‘idah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
2.      Menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau criteria inilah yang seharusnya digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan IPTEK, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariahIslam). Umat Islam boleh memanfaatkan IPTEK, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek IPTEK telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan  manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Misalnya dengan ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit dengan tangan, hanya bisa 23 tusukan per menit(Qardhawi, 1997).
3.      Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.

Bioteknologi dapat digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah berbahaya,menjadi lebih berbahaya, misalnya mengubah sifat genetik virus influenza hingga mampu membunuh manusia dalam beberapa menit saja (Bakry, 1996). Kloning hewan rintisan Ian Willmut yang sukses menghasilkan domba kloning bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan pada manusia (human cloning). Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangatparah dan berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian. Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali.

Ø  Berperilaku  Islami  Dalam Menghadapi Kemajuan IPTEK

Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan IPTEK Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan IPTEKnya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.

Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi, justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa ditengah keberlimpahan hasil produksi gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil hutan yang ada di Indonesia, kita justru mengalami kesulitan dan krisis ekonomi, kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan rakyat.
Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah SWT. Serta melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu).

Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan IPTEK untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Qur’an yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal adalah ayat:
1.      Surat Ali Imron ayat 190-191
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
2.      Surat Mujadillah ayat 11
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda/sinyal) KeMahaKuasaan dan Keagungan Allah SWT. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasulullah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu + akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.

Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.

Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan, dan ayat-ayat suci Tuhan (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW, yang dipelajari melalui agama , adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat) Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.

a.       Aqidah Islam Sebagai Dasar IPTEK
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam IPTEK, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi IPTEK. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW.

Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini.Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam segalanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan,mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem
ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya; Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam. Bahwa manusia adalah hasil evolusi dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam menjadi
organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang

Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan fundamental dan perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia. Maksudnya adalah konsep IPTEK harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996:12).

Jika kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan IPTEK, bukan berarti bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat al – qur’an tertentu, atau hadis tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu (lihat QS An-Nisaa` [4] :126 dan QS Ath-Thalaq [65] :12), bukan berarti konsep
IPTEK harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Misalnya saja dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pancaran cahaya dan panas (QS Nuh [71] : 16), bahwa langit (bahan alam semesta) berasal dari asap (gas) sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi (pemekatan) gas tersebut (QS Fushshilat [41] : 11-12), dan seterusnya. Ada sekitar 750 ayat dalam Al-Qur`an yang semacam ini (Lihat Al-Baghdadi, 2005:113). Ayat-ayat ini menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan menjadi tolok ukur kesimpulan IPTEK, bukan berarti bahwa konsep IPTEK wajib didasarkan pada ayat-ayat tertentu.

Jadi, yang dimaksud menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan IPTEK bukanlah bahwa konsep IPTEK wajib bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa IPTEK wajib berstandar pada Al-Qur`an dan Al-Hadits.

Standar pemanfaatan IPTEK menurut orang barat adalah manfaat, apakah itu dinamakan pragmatisme atau pun utilitarianisme. Selama sesuatu itu bermanfaat,
yakni dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan absah untuk dilaksanakan. Meskipun itu diharamkan dalam ajaran agama.

Keberadaan standar manfaat itulah yang dapat menjelaskan, mengapa orang Barat mengaplikasikan IPTEK secara tidak bermoral, tidak berperikemanusiaan, dan bertentangan dengan nilai agama. Misalnya menggunakan bom atom untuk membunuh ratusan ribu manusia tak berdosa, memanfaatkan bayi
tabung tanpa melihat moralitas (misalnya meletakkan embrio pada ibu pengganti), mengkloning manusia (berarti manusia bereproduksi secara a-seksual, bukan seksual), mengekploitasi alam secara serakah walaupun menimbulkan pencemaran yang berbahaya, dan seterusnya.

Karena itu, sudah saatnya standar manfaat yang salah itu dikoreksi dan diganti dengan standar yang benar. Yaitu standar yang bersumber dari pemilik segala ilmu yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang amat mengetahui mana yang secara hakiki bermanfaat bagi manusia, dan mana yang secara hakiki berbahaya bagi manusia. Standar itu adalah segala perintah dan larangan Allah SWT yang bentuknya secara praktis dan konkret adalah syariah Islam.
Setiap manusia diberi hidayah allah SWT berupa ‘’ Alat” untuk mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah:
§  Indra, untuk menangkap kebenaran fisik
§  Naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusiasecara pribadi ,aupun social.
§  Pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengmbangkan kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa,ilmiah dan fisafih). Akal juga merupakan pengantar untuk menuju kebenaran tertinggi.
§  Imajinasi, daya hayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya
§  Hati nurani, suatu kemampuan manusia  untuk dapat menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral
Al-Faruqi  mengintrodusir istilah “ Islamisasi Ilmu Pengetahuan “, bahwa dalam konsep islam tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan jalan untuk menemukan Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut islam haruslah bermakna ibadah.

Untuk menyikapi IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT.Sedangkan,kebenaran IPTEK menurut islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK sendiri.IPTEK akan bermanfaat apabila;
  1. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya
  2. Dapan membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik)
  3. Dapat memberikan pedoman bagi sesama
  4. Dapat menyelesaikan persoalan umat
Dalam membicarakan tentang IPTEK mulai dikaitkan dengan moral dan agama. Dalam kaitan ini, keterkaitan IPTEK dengan moral (agama) diharapkan bukan hanya pada aspek penggunaannya saja (aksiologi), tapi juga pada pilihan objek (ontology) dan metodologi(epistemology)nya sekaligus.

Di negara ini gagasan tentang pendidikan imtak dan IPTEK sudah lama di gulirkan seperti yang diterapkan BJ.Habibie karena adanya problem dikotomi antara apa yang di namakan ilmu-ilmu umum(sains) dan ilmu-ilmiu agama (islam) juga disebabkan adanya  kenyataan bahwa pengembangan IPTEK dalam system pendidikan di Indonesia tampaknya berjalan sendiri tanpa dukungan asas iman dan taqwa yang kuat sehingga pengembangan dan kemajuan IPTEK tidak memiliki nilai tambah dan manfaat  untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
Secara lebih spesifik integrasi pendidikan imtak dan IPTEK di perlukan karena empat alasan :
a.       IPTEK akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup manusia bila IPTEK disertai oleh asas iman dan taqwa kepada allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtak,IPTEK bias disalah gunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif (merusak)
b.      IPTEK yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik,materialistic dan hedonistic yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang di anut oleh bangsa Indonesia
c.       Dalam kehidupan, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai surgawi( kebutuhan spiritual) oleh karena itu, penekanan pada salah satu sisi, akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah , dan menyalahi hipnat kebijaksanaan tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan batin, dunia dan akhirat

d.      IMTAQ menjadi landasan dan dasa paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup.tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi,seperti harta, pangkat, ipte, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha allah SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu (QS.an-nur 39 ) maka itegrasi imtak dan IPTEK harus di upayakan dalam format yang tepat , sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar manusia meraih kebaikan dunia  (hasanah fi al-dunya) dan kebaikan akhirat ( hasanah fi al-akhira).( QS Al-baqaraah:201).