Ø Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Pandangan
Islam
Di era globalisasi ini, perkembangan ilmu dan teknologi sangat cepat.
Sejumlah penemuan dan inovasi memberikan kontribusi yang tinggi munculnya
produk-produk baru yang membudahkan pekerjaan manusia. Akan tetapi sangat
disayangkan kebanyakan para ilmuwan yang muncul berasal dari negeri barat yang
rata-rata bukan berasal dari kaum musalimin
a.
Definisi Ilmu dan Ilmu Pengetahuan
Menurut Sutrisno Hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang
yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Definisi
tentang sains dan teknologi telah diberikan oleh para filosuf dan ilmuan.
Pengetahuan adalah segala suatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca
indra, intuisi, dan akal, Sedangkan ilmu sendiri (yang berasal dari kata
science) adalah rangkaian keterangan tentang sesuatu yang berasal dari
pengamatan gejala-gejala alamiah (fenomena) melalui studi dan pengalaman yang
disusun dalam sebuah sistem untuk menentukan hakekat dari yang dimaksud. sedangka
ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sudah diklarifikasi, diorganisasi,
disistematisasi,dan di interpretasi sehingga menghsilkan kebenaran objektif,
dapat di uji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara
etimologis, ilmu berarti kejelasan. Menurut pemikiran manusia secara umum, hakekat
ilmu adalah hubungan antara subyek terhadap obyek (timbale balik) menurut suatu
ide (cita-cita).
Sedangkan pada ,
1.
Surat Al-Baqarah ayat 31
secara fungsional berlaku pada bahwa ilmu yang pertama adalah wahyu Allah. Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” .
2.
Surat
Ar-Rahman ayat 1 dan 2 bahwa Al-Qur’an adalah suatu ilmu “.(Tuhan ) Yang Maha Pemurah, yang telah
mengajarkan Al-Qur’an”. Dan yang dimaksud ilmu dalam Al-Qur’an adalah
rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah.yang diberikan kepada manusia
baik melalui rasu-Nya ataupun langsung kepada manusia yang menghendakinya
tentang alam semesta sebagi ciptaan Allah yang bergantung menurut ketentuan dan
kepastian-Nya.
Teknologi
merupakan produk ilmu pengetahuan. Teknologi didefinisikan sebagai kemampuan
teknik dalam pengertian yang utuh dan menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan
ilmu-ilmu alam yang bersandarkepada proses teknik tertentu. Sedangkan teknik
adalah semua manifestasi dalam arti materi yang lahir dari daya cipta manusia
untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna, mempertahankan kehidupan. Teknologi adalah penerapan yang dirancang dan terencana dari ilmu
pengetahuan untuk memenuhi hajat hidup
dan kebutuhan hidup manusia.
b.
Al -Qur’an sebagai sumber dari segala Ilmu Pengetahuan
Terkadang manusia tidak menyadari bahwa jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pemikiran mereka akan alam beserta
isinya terdapat dalam Al-Qur’an. Namun bukannya justru kembali ke Al-Qur’an,
malah mencari sumber dari berbagai buku, internet dan sebagainya. Padahal
jawaban dari masalah pengetahuan itu secara tersurat/tersirat terdapat dalam
Al-Qur’an.
Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) IPTEK, dan bukannya
sumber (mashdar) IPTEK. Artinya, apa pun konsep IPTEK yang dikembangkan, harus
sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak boleh bertentangan dengan
Al-Qur`an dan Al-Hadits itu. Jika suatu konsep IPTEK bertentangan dengan
Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak. Misalnya saja
Teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari organisme
sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam menjadi
organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang. Berarti,
manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi hasil dari
evolusi organisme sederhana. Ini bertentangan dengan firman Allah SWT yang
menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa seluruh manusia sekarang
adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya sebagaimana
fantasi Teori Darwin (Zallum, 2001). Firman Allah SWT (artinya) :
“(Dialah
Tuhan) yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia
menciptakan keturunannya dari sari pati air yang hina (mani)”. (QS As-Sajdah[32] : 7)
menciptakan keturunannya dari sari pati air yang hina (mani)”. (QS As-Sajdah[32] : 7)
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal”.(QS Al-Hujuraat [49] : 13)
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal”.(QS Al-Hujuraat [49] : 13)
Implikasi lain dari prinsip ini adalah bahwa umat Islam boleh mengambi
IPTEK dari sumber kaum non muslim (orang kafir).
Mulai dari hal yang kecil, seperti Metodologi Penelitian. Islam memandang
bahwa dalam menyususn penelitian, seorang peneliti harus dapat memandang
permasalahan secara jujur dan melepaskan subyektifnya, baik subyektif dalam
hal perasaan ataupun lingkungannya. Dalam surat Al-Maidah ayat 27-31 disebutkan bahwa seorang anak Adam yang mengambil kesimpulan berdasarkan
subyektifnya, akan berakibat melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap
saudaranya. Akibat dari tindak-tanduknya yang tidak mampu menyelesaikan
permasalahan secara tuntas, membuatnya bingung sendiri. Selain itu, ayat ini
menjelaskan bahwa manusia banyak pula mengambil pelajaran dari alam dan jangan
segan-segan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah tingkatan
pengetahuannya.
Berikut ini beberapa
potongan ayat tentang teknologi.
1)
Yunus:101,
Katakanlah:”Perhatikanlah apa yang ada di langit
dan di bumi. Tidaklah bermanfat tanda kekuasaan Allah dan asul-rasul yang
memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”
2)
Thaahaa:114
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang
sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katkanlah:”Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku Ilmu Pengetahuan
3)
Al-Mulk:3-4
Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis.Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang?Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya
penglihatanmu akan kembali padamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.
4)
Al-Alaq:1-5
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
c.
Konsep Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Dalam Islam
Pada dasarnya teknologi memiliki karakteristik objektif dan netral, namun
dalam situasi tertentu, teknologi tidak netral karena memiliki potensi merusak
dan potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Ø Dalam pemikiran islam ada dua sumber ilmu:
- Akal
- Wahyu
Keduanya tidak boleh di pertentangkan. Manusia
diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Qur’an
dan sunnah Rasul.
Ø Dalam pemikiran islam memiliki dua sifat yaitu,
-
Bersifat abadi (perennial knowledge), tingka kebenaran bersifat mutlak
(absolute), karena bersumber dari wahyu allah.
-
Bersifat perolehan (acquired knowledge), sifat
kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena bersumber dari akal pemikiran
manusia.
Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan dan teknologi
terdapat hubungan yang harmonis yang terintegrasi ke dalam suatu system yang disebut
Dinul Islam. Dimana dinul islam merupakan integrasi dari inti ajaran islam yakni
akidah, syari’ah dan akhlak.
Dalam surat Ibrahim ayat 24 - 25 dinyatakan:
Artinya ; (24) Maka kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik sepeti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, (25) Pohon itu memberikan buahnya pada setiap
musim dengan seizing Tuhannya. Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat
Ayat di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan
amal atau Aqidah, syari’ah dan Akhlak dengan menganologikan
bangunan Dinul Islam. Ini merupakan gambaran bahwa antaran iman, ilmu
dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak
dapat pisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikan dengan akar dari
sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran islam. Ilmu bagaikan batang
pohon yang mengeluarkan dahan-dahan cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni. IPTEK
yang dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal
shalih,bukan kerusakan alam.
Peran Islam
dalam perkembangan IPTEK pada dasarnya ada 2 (dua), yakni :
1.
Menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki
umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam
ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa‘idah
fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi
Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi
standar bagi segala ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib
ditolak dan tidak boleh
diamalkan.
2.
Menjadikan
Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari. Standar
atau criteria inilah yang
seharusnya digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah
ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan IPTEK, didasarkan pada ketentuan
halal-haram (hukum-hukum
syariahIslam). Umat Islam boleh memanfaatkan IPTEK, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek IPTEK telah
diharamkan oleh Syariah,
maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat
sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di satu sisi memang
berdampak positif,
yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Misalnya dengan ditemukannya
mesin jahit, dalam 1 menit bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit dengan tangan, hanya bisa 23 tusukan per
menit(Qardhawi, 1997).
3.
Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan
pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat
(manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
Bioteknologi
dapat digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah berbahaya,menjadi
lebih berbahaya, misalnya mengubah sifat genetik virus influenza hingga mampu membunuh manusia dalam beberapa menit saja (Bakry, 1996). Kloning hewan
rintisan Ian Willmut
yang sukses menghasilkan domba kloning bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan pada manusia (human cloning). Lingkungan hidup seperti laut,
atmosfer udara, dan
hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangatparah dan
berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang
memanfaatkan teknologi
internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian. Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali.
Ø Berperilaku Islami Dalam Menghadapi
Kemajuan IPTEK
Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan IPTEK
Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang
sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya
manusianya (pendidikan dan IPTEKnya). Ketidakadilan global ini terlihat dari
fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di
negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya
memperebutkan remah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.
Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam minyak
dan gas bumi, justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa ditengah
keberlimpahan hasil produksi gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil
hutan yang ada di Indonesia, kita justru mengalami kesulitan dan krisis
ekonomi, kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan
rakyat.
Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita
bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian
politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain
kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam
sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi
keimanan-taqwa kepada Allah SWT. Serta melawan pengaruh buruk budaya sampah
dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan kenikmatan hawa
nafsu).
Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat
mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan
merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat
mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Islam mementingkan
pengembangan dan penguasaan IPTEK untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim
kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris
Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat
bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam
Al-Qur’an yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan
terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir
(ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal adalah ayat:
1. Surat Ali Imron ayat 190-191
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
2. Surat Mujadillah ayat 11
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan beberapa derajat.”
Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau
tanda-tanda/sinyal) KeMahaKuasaan dan Keagungan Allah SWT. Ayat tanziliyah/naqliyah
(yang diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci
dan ajaran para Rasulullah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an), maupun ayat-ayat
kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca,
dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu +
akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan
kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala
sesuatu dan segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam
tidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin
dari satu mata uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling
menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang
fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran
terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang
prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran
filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu
pengetahuan modern tersebut.
Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan, dan
ayat-ayat suci Tuhan (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW, yang
dipelajari melalui agama , adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan
perwujudan/tajaliyat) Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama lain
saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu
Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.
a.
Aqidah Islam Sebagai Dasar IPTEK
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam IPTEK, yaitu aqidah Islam
harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi IPTEK. Inilah paradigma Islam
sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW.
Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat
ini.Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini
umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam
segalanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu
pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan,mengapa
di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem
ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya; Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam. Bahwa manusia adalah hasil evolusi dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam menjadi
organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang
ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya; Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam. Bahwa manusia adalah hasil evolusi dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam menjadi
organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang
Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan
fundamental dan perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada
saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham
sekularisme) yang seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan
manusia. Maksudnya adalah konsep IPTEK harus
distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan
tidak boleh bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996:12).
Jika kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan IPTEK, bukan berarti
bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada
ayat al – qur’an tertentu,
atau hadis tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta
sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu (lihat
QS An-Nisaa` [4] :126 dan QS Ath-Thalaq [65] :12), bukan berarti konsep
IPTEK harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Misalnya saja dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pancaran cahaya dan panas (QS Nuh [71] : 16), bahwa langit (bahan alam semesta) berasal dari asap (gas) sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi (pemekatan) gas tersebut (QS Fushshilat [41] : 11-12), dan seterusnya. Ada sekitar 750 ayat dalam Al-Qur`an yang semacam ini (Lihat Al-Baghdadi, 2005:113). Ayat-ayat ini menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan menjadi tolok ukur kesimpulan IPTEK, bukan berarti bahwa konsep IPTEK wajib didasarkan pada ayat-ayat tertentu.
IPTEK harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Misalnya saja dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pancaran cahaya dan panas (QS Nuh [71] : 16), bahwa langit (bahan alam semesta) berasal dari asap (gas) sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi (pemekatan) gas tersebut (QS Fushshilat [41] : 11-12), dan seterusnya. Ada sekitar 750 ayat dalam Al-Qur`an yang semacam ini (Lihat Al-Baghdadi, 2005:113). Ayat-ayat ini menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan menjadi tolok ukur kesimpulan IPTEK, bukan berarti bahwa konsep IPTEK wajib didasarkan pada ayat-ayat tertentu.
Jadi, yang dimaksud menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan IPTEK
bukanlah bahwa konsep IPTEK wajib bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits,
tapi yang dimaksud, bahwa IPTEK wajib berstandar pada Al-Qur`an dan Al-Hadits.
Standar pemanfaatan IPTEK menurut orang
barat
adalah manfaat, apakah itu dinamakan pragmatisme atau pun utilitarianisme.
Selama sesuatu itu bermanfaat,
yakni dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan absah untuk dilaksanakan. Meskipun itu diharamkan dalam ajaran agama.
yakni dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan absah untuk dilaksanakan. Meskipun itu diharamkan dalam ajaran agama.
Keberadaan standar manfaat itulah yang dapat menjelaskan, mengapa orang
Barat mengaplikasikan IPTEK secara tidak bermoral, tidak berperikemanusiaan,
dan bertentangan dengan nilai agama. Misalnya menggunakan bom atom untuk
membunuh ratusan ribu manusia tak berdosa, memanfaatkan bayi
tabung tanpa melihat moralitas (misalnya meletakkan embrio pada ibu pengganti), mengkloning manusia (berarti manusia bereproduksi secara a-seksual, bukan seksual), mengekploitasi alam secara serakah walaupun menimbulkan pencemaran yang berbahaya, dan seterusnya.
tabung tanpa melihat moralitas (misalnya meletakkan embrio pada ibu pengganti), mengkloning manusia (berarti manusia bereproduksi secara a-seksual, bukan seksual), mengekploitasi alam secara serakah walaupun menimbulkan pencemaran yang berbahaya, dan seterusnya.
Karena itu, sudah saatnya standar manfaat yang salah itu dikoreksi dan
diganti dengan standar yang benar. Yaitu standar yang bersumber dari pemilik
segala ilmu yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang amat mengetahui mana
yang secara hakiki bermanfaat bagi manusia, dan mana yang secara hakiki
berbahaya bagi manusia. Standar itu adalah segala perintah dan larangan Allah
SWT yang bentuknya secara praktis dan konkret adalah syariah Islam.
Setiap manusia diberi hidayah allah SWT berupa ‘’ Alat” untuk mencapai
dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah:
§ Indra, untuk menangkap kebenaran fisik
§ Naluri, untuk mempertahankan hidup dan
kelangsungan hidup manusiasecara pribadi ,aupun social.
§ Pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu
mengmbangkan kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa,ilmiah
dan fisafih). Akal juga merupakan pengantar untuk menuju kebenaran tertinggi.
§ Imajinasi, daya hayal yang mampu menghasilkan
kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya
§ Hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk
dapat menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus
bermoral
Al-Faruqi mengintrodusir
istilah “ Islamisasi Ilmu Pengetahuan “, bahwa
dalam konsep islam tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu
non-agama. Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia
merupakan jalan untuk menemukan Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut islam
haruslah bermakna ibadah.
Untuk menyikapi IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah
memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan
meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT.Sedangkan,kebenaran IPTEK menurut
islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK sendiri.IPTEK akan
bermanfaat apabila;
- Mendekatkan pada
kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya
- Dapan membantu umat
merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik)
- Dapat memberikan
pedoman bagi sesama
- Dapat menyelesaikan
persoalan umat
Dalam membicarakan tentang IPTEK mulai dikaitkan dengan moral dan agama.
Dalam kaitan ini, keterkaitan IPTEK dengan moral (agama) diharapkan bukan hanya
pada aspek penggunaannya saja (aksiologi), tapi juga pada pilihan objek
(ontology) dan metodologi(epistemology)nya sekaligus.
Di negara ini gagasan tentang pendidikan imtak dan IPTEK
sudah lama di gulirkan seperti yang diterapkan BJ.Habibie karena adanya problem
dikotomi antara apa yang di namakan ilmu-ilmu umum(sains) dan ilmu-ilmiu agama
(islam) juga disebabkan adanya kenyataan bahwa pengembangan IPTEK dalam
system pendidikan di Indonesia tampaknya berjalan sendiri tanpa dukungan asas
iman dan taqwa yang kuat sehingga pengembangan dan kemajuan IPTEK tidak
memiliki nilai tambah dan manfaat untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
Secara lebih spesifik integrasi pendidikan imtak dan IPTEK di perlukan
karena empat alasan :
a.
IPTEK akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup manusia bila IPTEK disertai oleh asas iman dan taqwa kepada
allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtak,IPTEK bias disalah gunakan pada
tujuan-tujuan yang bersifat destruktif (merusak)
b. IPTEK yang menjadi dasar modernisme, telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik,materialistic
dan hedonistic yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang
di anut oleh bangsa Indonesia
c. Dalam kehidupan, manusia tidak hanya memerlukan
sepotong roti (kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai
surgawi( kebutuhan spiritual) oleh karena itu, penekanan pada salah satu sisi,
akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah , dan menyalahi
hipnat kebijaksanaan tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa
raga, lahir dan batin, dunia dan akhirat
d.
IMTAQ menjadi landasan dan dasa paling kuat yang akan mengantar manusia
menggapai kebahagiaan hidup.tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi,seperti
harta, pangkat, ipte, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia
meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari
ridha allah SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan
apa-apa selain bayangan palsu (QS.an-nur 39 ) maka itegrasi imtak dan IPTEK
harus di upayakan dalam format yang tepat , sehingga keduanya berjalan seimbang
dan dapat mengantar manusia meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-dunya)
dan kebaikan akhirat ( hasanah fi al-akhira).( QS Al-baqaraah:201).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar